BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Berdasarkan peraturan menteri agama Republik Indonesia nomer 2
tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi pendidikan agama
Islam dan Bahasa Arab di Madrasah Aliyah, untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam. Menyatakan bahwa peserta didik harus mampu:
1. Membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran,
nilai-nilai dan norma-norma Islam yang
telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan
peradaban Islam.
2. Membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini,
dan masa depan
3. Melatih
daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan
didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4. Menumbuhkan
apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam
sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
5. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah
dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik,
ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan Kebudayaan dan
peradaban Islam.
Oleh karena itu
pemakalah mencoba menyajikan materi Sejarah Kebudayaan Islam kelas XII semester
I dan II untuk Madrasah Aliyah yang sesuai dengan SK-KD yang berlaku.
B.
Rumusan
Masalah
Untuk membatasi masalah agar lebih terpusat pada pokok persoalan
sesuai dengan judul diatas, maka dalam makalah ini pemakalah uraikan beberapa
permasalahan yaitu :
1.
Bagaimana perkembangan
Islam, identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang
berprestasi dalam perkembangan Islam, dan mengambil ibrah dari peristiwa
perkembangan Islam serta meneladani tokoh-tokoh yang berprestasi dalam
perkembangan Islam pada masa modern?
2.
Bagaimana perkembangan
Islam, identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang
berprestasi dalam perkembangan Islam dan mengambil ibrah dari peristiwa
perkembangan Islam serta meneladani tokoh-tokoh yang berprestasi dalam
perkembangan Islam di Indonesia?
3.
Bagaimana perkembangan
Islam, identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang
berprestasi dalam perkembangan Islam dan mengambil ibrah dari peristiwa
perkembangan Islam serta meneladani tokoh-tokoh yang berprestasi dalam
perkembangan Islam di dunia?
C.
Tujuan
Makalah
Berdasarkan
permasalahan yang ada, maka tujuan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui perkembangan Islam,
identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam
perkembangan Islam, dan mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan
Islam serta meneladani tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam pada
masa modern ?
2. Untuk mengetahui perkembangan Islam,
identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam
perkembangan Islam dan mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan Islam serta
meneladani tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam di Indonesia ?
3. Untuk mengetahui perkembangan Islam,
identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam
perkembangan Islam dan mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan Islam serta
meneladani tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam di dunia ?
D.
Manfaat
Makalah
1.
Manfaat
teoritis
a.
Dapat
memahami materi sejarah kebudayaan islam kelas XII dengan baik.
b.
Dapat
menjelaskan materi sejarah kebudayaan islam kelas XII sesuai dengan SK-KD 2008.
c.
Dapat
mengambil ibrah dari materi sejarah kebudayaan islam kelas XII dalam kehidupan
sehari-hari.
2.
Manfaat
praktis
a.
Bagi
pemakalah
Untuk
meningkatkan pengetahuan pemakalah, khususnya dalam materi sejarah kebudayaan
islam kelas XII di Madrasah Aliyah.
b.
Bagi
pembaca
Sebagai
dasar pengetahuan bagi mahasiswa agar nantinya dapat mengaplikasikan dan
menelaah materi sejarah kebudayaan islam kelas XII di madrasah aliyah.
E.
Sistematika
Penulisan Makalah
Untuk
mendapatkan gambaran dan memudahkan dalam pembahasan makalah ini, pemakalah
akan menjabarkan secara global sistematika penulisannya. Adapun penyusunannya
adalah sebagai berikut :
1.
Bagian
awal berisi :
Judul
Daftar
isi
2.
Bagian
isi terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah
B.
Rumusan
masalah
C.
Tujuan
makalah
D.
Manfaat
makalah
E.
Sistematika
penulisan makalah
BAB II LANDASAN TEORI
Kelas XII Semester I
1.1 Menjelaskan
perkembangan Islam pada masa modern
1.2 Mengidentifikasi
peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan
Islam pada masa modern
1.3 Mengambil
ibrah dari peristiwa perkembangan Islam pada masa modern
1.4 Meneladani
tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam pada masa modern
Kelas XII
Semester II
2.1
Menjelaskan
perkembangan Islam di Indonesia
2.2
Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa
penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam di Indonesia
2.3
Mengambil ibrah dari
peristiwa perkembangan Islam di Indonesia
2.4
Meneladani tokoh-tokoh
yang berprestasi dalam perkembangan Islam di Indonesia
2.5
Menjelaskan perkembangan
Islam di dunia
2.6
Mengidentifikasi
peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan
Islam di dunia
2.7
Mengambil ibrah dari
peristiwa perkembangan Islam di dunia
2.8
Meneladani tokoh-tokoh
yang berprestasi dalam perkembangan Islam di dunia
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
3.
Bagian
akhir :
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Kelas XII,
Semester I
Standar
Kompetensi :
1. Memahami
perkembangan Islam pada masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang)
Kompetensi
Dasar :
1.1
Menjelaskan
perkembangan Islam pada masa modern
Perkembangan
Islam pada periode modern berawal pada sekitar tahun 1800. Perkembangan Islam
periode modern dilatar belakangi jatuhnya Mesir ke tangan bangsa Barat, yaitu Prancis.
Jatuhnya Mesir ke bangsa Barat menyadarkan kembali umat Islam bahwa di Barat
telah timbul peradaban yang lebih tinggi dan lebih maju serta dapat mengancam
peradaban Islam.
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan Islam berkembang kembali pada periode modern,
seperti berikut :
1. Umat
Islam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
2. Umat
Islam menyadari bahwa menyebarluaskan ajaran Islam termasuk jihad fii
sabilillah.
3. Keterbukaan
umat Islam dalam menerima unsur-unsur budaya dan peradaban di luar agama Islam.
4. Pertumbuhan
ekonomi yang meliputi bidang industri, jasa, pertanian, perdagangan, dan
sebagainya.
Dari berbagai faktor
itulah Islam mulai berkembang. Islam tidak hanya berkembang kembali di Jazirah
Arab. Tetapi, Islam berkembang hampir ke seluruh pelosok dunia.
1.2
Mengidentifikasi
peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan
Islam pada masa modern
Pada
abad ke-18 dan awal abad ke-19, dunia Islam berada dalam situasi yang sangat
kritis. Hampir seluruh Negara atau wilayah Islam jatuh ke tangan bangsa Barat.
Penjajahan yang dilakukan bangsa-bangsa Barat yang beragama Nasrani atas wilayah
Islam, menyadarkan umat Islam dari keterlenaan. Umat Islam mulai menyadari
kelemahan dan ketertinggalannya.
Adapun
bangsa yang pertama kali merasakan adanya ketertinggalan itu adalah Turki
Utsmani. Untuk itu, mulailah para penguasa Kerajaan Turki Utsmani mengirim duta
untuk melihat dan mempelajari perkembangan serta kemajuan di Negara Barat. Pada
tahun 1720, Celebi Mehmed dikirim ke Paris sebagai duta yang ditugasi untuk
mengunjungi berbagai pabrik, benteng-benteng pertahanan, dan lembaga-lembaga di
Prancis. Singkatnya dapat dikatakan, kemajuan yang di capai dunia Barat
terletak pada bidang sains dan teknologi. Oleh karena itu, umat Islam harus mampu
mengejar ketinggalan tersebut dengan cara bekerja sama melalui kegiatan
penelitian dan pengembangan pada bidang sains dan teknologi. Harus disadari
bahwa kelemahan umat Islam selain terletak dalam bidang akidah yang sudah
tercemari oleh berbagai takhayul, khurafat, dan bid’ah, kelemahan dan
ketertinggalannya juga terletak dalam bidang sains dan teknologi.
Untuk
menggapai cita-cita besar tersebut, umat Islam harus berpikir secara objektif
dan realistis bahwa bangsa Barat telah maju. Oleh karena itu, perlu diadakan
gerakan modernisasi (pembaruan) dalam dunia Islam yang harus dilakukan secara
komprehensif (menyeluruh). Sejak awal Islam telah mempunyai tradisi pembaruan.
Islam segera memberi jawaban terhadap apa yang dipandang menyimpang. Tajdid
mendapat pembenaran dan pengesahan dari Allah SWT sebagaimana dalam firman-Nya
berikut.
tûïÏ%©!$#ur
cqä3Åb¡yJã
É=»tFÅ3ø9$$Î/
(#qãB$s%r&ur
no4qn=¢Á9$#
$¯RÎ)
w
ßìÅÒçR
tô_r&
tûüÏÛÏ=óÁèRùQ$#
ÇÊÐÉÈ
Artinya : “dan orang-orang yang
berpegang teguh dengan Al kitab (Taurat) serta mendirikan shalat, (akan diberi
pahala) karena Sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
Mengadakan perbaikan.” (QS. Al-A’raf : 170)
Sebelum masa pembaruan, umat Islam
diberbagai Negara telah menyimpang dari ajaran Islam yang bersumber kepada
Al-Qur’an dan Hadits. Penyimpangan itu terdapat dalam hal berikut:
1. Ajaran
Islam tentang ketauhidan telah bercampur dengan kemusyrikan. Hal ini ditandai
dengan banyaknya umat Islam yang menyembah selain Allah SWT, seperti memuja
makam yang dianggap keramat dan meminta tolong dalam urusan gaib kepada
dukun-dukun dan orang-orang yang dianggap sakti. Selain itu, ada juga kelompok
umat Islam yang mengultuskan dan beranggapan bahwa sultan adalah orang suci
yang segala perintahnya harus ditaati.
2. Adanya
kelompok umat Islam yang selama hidup di dunia ini, hanya mementingkan urusan
akhirat dan meninggalkan dunia. Mereka beranggapan bahwa memiliki harta benda
yang banyak, kedudukan yang tinggi, dan ilmu pengetahuan tentang dunia adalah
tidak perlu, karena hidup di dunia ini hanya sebentar dan sementara. Sedangkan
hidup di akhirat bersifat kekal dan abadi. Selain itu, banyak umat Islam yang
menganut faham fatalism, yaitu faham yang mengharuskan berserah diri kepada nasib dan tidak perlu
berikhtiar, karena hidup manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib.
Tokoh yang mempelopori gerakan tajdid
atau pembaruan Islam, antara lain sebagai berikut:
1. Muhammad
bin Abdul Wahab (1703-1793)
Muhammad
bin Abdul Wahab lahir di Uyainah, Nejd, Arab Saudi pada tahun 1703. Ia
dilahirkan dari keluarga yang terkenal dengan kesalehan dan keimanannya. Ia
mempunyai gerakan yang kemudian dikenal dengan gerakan wahabi. Timbulnya
gerakan ini tidak lepas dari kondisi umat Islam pada saat itu, yakni sebagai
berikut:
a. Secara
politik, umat Islam di seluruh kawasan kekuasaan Islam berada dalam keadaan
yang lemah. Ketika itu yang berkuasa adalah kerajaan Turki Utsmani yang
merupakan penguasa tunggal, namun kerajaan itu sedang mengalami kemunduran
dalam segala bidang.
b. Adanya
penurunan semangat dalam pemahaman Al-Qur’an karena umat Islam bersikap fatalis
dan cenderung mistisisme.
c. Tauhid
yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. telah dirusak oleh kebiasaan-kebiasaan
syirik.
d. Kota-kota
suci, seperti Makkah dan Madinah, telah menjadi tempat yang penuh dengan
penyimpangan akidah.
Gerakan wahabi ini berhasil berkat
bantuan kepala suku yang bernama Muhammad Ibnu Saud yang kemudian mendirikan
kerajaan di bawah pimpinan keturunannya. Muhammad bin Abdul Wahab mempunyai
beberapa pemikiran, antara lain sebagai berikut:
a. Al-Qur’an
dan Hadits merupakan sumber asli ajaran Islam, sedangkan pendapat para ulama
bukan merupakan sumber ajaran Islam.
b. Taklid
kepada ulama tidak dibenarkan.
c. Pintu
ijtihad tetap terbuka dan boleh dilakukan dengan jalan kembali pada Al-Qur’an
dan sunnah Rasulullah.
2. Syah
Waliyullah (1703-1762)
Syah
Waliyullah lahir di New Delhinpada 21 Februari 1703. Tokoh ini mempunyai
silsilah sampai kepada Umar bin Khattab, sehingga dibelakang namanya sering
ditambah Al-Umari atau Al-Faruqi.
Syah
Waliyullah hanya menulis buku, antara lain Hujjatul Baligan, Fuyun
Al-Haramain, Al-Fauzul Kabir Fa Uslit Tafsir. Disamping itu, ia
menerjemahkan kitab suci Al-Qur’an ke dalam bahasa Persia.
Sebagai
seorang mujadid, ia mempunyai pemikiran tentang penyebab kemunduran umat Islam
di India secara khusus dan di seluruh dunia secara umum. Pemikirannya antara
lain sebagai berikut :
a. Terjadinya
perubahan sistem pemerintahan Islam dari sistem kekhalifahan menjadi sistem
kerajaan.
b. Sistem
demokrasi yang ada dalam kekhalifahan diganti dengan sistem monarki absolute.
c. Perpecahan
dikalangan umat Islam yang di sebabkan oleh berbagai pertentangan aliran dalam
Islam.
d. Adat-istiadat
dan ajaran bukan Islam masuk ke dalam keyakinan umat Islam.
3. Sultan
Mahmud II (1785-1835)
Sultan
Mahmud II lahir pada tahun 1785. Dia di angkat menjadi khalifah pada tahun
1807. Sultan Mahmud II banyak melakukan gerakan pembaruan dalam dunia Islam.
Pembaruan yang dilakukannya antara lain sebagai berikut :
a. Menerapkan
sistem demokrasi dalam sistem pemerintahannya
b. Menghapus
pengkultusan sultan yang dianggap suci oleh rakyatnya.
c. Mengadakan
pembaruan dalam bidang pendidikan dengan memasukkan kurikulum umum kedalam
lembaga-lembaga pendidikan madrasah.
d. Mendirikan
sekolah maktebi ma’arif yang menyiapkan tenaga-tenaga administrasi dan maktebi
ulum’i edebiyet yang menyiapkan tanaga-tenaga ahli penerjemah.
e. Mendirikan
sekolah kedokteran, militer dan teknik.
4. Muhammad
Ali Pasha (1765-1849)
Muhammad
Ali Pasha lahir pada tahun 1765. Banyak usaha yang dilakukan untuk memperbarui
kondisi umat Islam yang telah jauh tertinggal dari negeri Barat. Usaha-usaha
yang ia lakukan adalah dalam bidang militer, pendidikan dan ekonomi.
a. Bidang
ekonomi
1) Mengambil
alih kepemilikan tanah oleh Negara dan hasilnya digunakan untuk kepentingan
rakyat.
2) Membangun
sistem irigasi sehingga hasil pertanian menjadi lebih baik.
b. Bidang
militer
Jatuhnya Mesir ke
tangan Napoleon Bonaparte menyadarkan Muhammad Ali Pasha. Kemajuan teknologi
peperangan membuat Prancis dengan mudah menguasai Mesir. Setelah Prancis dapat
di usir Inggris tahun 1802, ia mengundang seorang perwira tinggi Prancis untuk
melatih tentara Mesir. Kemudian, ia mendirikan sekolah militer tahun 1815.
c. Bidang
pendidikan
1) Pada
tahun 1815 mendirikan sekolah militer
2) Pada
tahun 1816 mendirikan sekolah teknik
3) Pada
tahun 1827 mendirikan sekolah kedokteran
4) Pada
tahun 1829 mendirikan sekolah apoteker
5) Pada
tahun 1834 mendirikan sekolah pertambangan
6) Pada
tahun 1836 mendirikan sekolah penerjemahan
7) Mengirim
pelajar ke Prancis untuk belajar sains dan teknologi
5. At
Tahtawi (1801-1873)
Nama lengkapnya adalah Rifa’ah Badawi
at-Tahtawi. Ia lahir pada tahun 1801 di Tahta dan meninggal tahun 1873 di Mesir.
Sebelum pergi ke Prancis, ia banyak mempelajari peradaban Barat dan kemajuan
yang di capainya di Institut d’Egypte. Setelah menamatkan
pendidikan di AL-Azhar tahun 1822, ia mengajar di almamaternya selama lebih
kurang dua tahun . Dorongan dari gurunya,
AL-Attar, dan kesempatan yang di berikan Muhammad Ali Pasha kepadanya,
menjadikan ia belajar di Prancis dan menjadi imam para pelajar Mesir di
Prancis.
Ia banyak membaca buku karya tokoh-tokoh
besar umat Islam dan bangsa Barat. Dengan ketekunannya belajar bahasa Prancis
secara otodidak, akhirnya ia mampu menyaingi kehebatan para pelajar- pelajar
Mesir lainnya yang belajar bahasa itu secara formal di kelas-kelas. Selama di
Prancis, ia berhasil menerjemahkan 12 buku ke dalam bahasa Arab .Setelah
kembali ke Mesir, ia diberi kepercayaan untuk mendirikan sekolah penerjemahan
tahun 1836. Di samping itu, ia juga aktif menulis di Koran AL-Waqai
AL-Misiriyah.
Adapun beberapa pemikiran tentang
pembaruan yang dilontarkannya adalah sebagai berikut :
a. Ajaran
Islam bukan hanya mementingkan soal akhirat, tetapi juga soal hidup di dunia. Umat
Islam juga harus memerhatikan kehidupan
di dunia.
b. Kekuasaan
raja yang absolute harus dibatasi oleh syariat dan raja harus bermusyawarah
dengan ulama dan kaum intelektual.
c. Syariat harus diartikan sesuai dengan perkembangan
modern.
d. Kaum
ulama harus mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan agar syariat dapat
menyesuaikan, misalnya dengan kebutuhan masyarakat modern.
f. Pendidikan
harus bersifat universal, misalnya wanita harus memperoleh pendidikan yang sama
dengan kaum pria, istri harus menjadi teman dalam kehidupan intelektual dan sosial
bagi suami .
g. Umat
Islam harus dinamis dan meninggalkan sifat statis.
6. Jamaluddin
al Afghani (1839-1897)
Nama lengkapnya adalah Sayyid Jamaluddin al-Afghani. Ia lahir
di Asadabad tahun 1839 dan wafat di Istambul tahun 1897. Ia mendapat gelar sayyid
karena ia keturunan Husain bin Ali bin Abi Thalib. Sejak kecil, ia sudah
belajar membaca AL-Qur’an, bahasa Arab, dan Persia, serta ilmu-ilmu lainnya,
seperti tafsir, hadits tasawuf, dan filsafat.
Pada usia 20 tahun, ia sudah menjadi pembantu Pangeran Muhammad
Khan di Afghanistan. Pada tahun 1864, ia menjadi panasehat Ali Khan dan menjadi
perdana menteri pada masa pemerintahan Muhammad ‘Azam Khan. ia banyak
memperoleh pengalaman dalam pengembaraannya ke beberapa Negara. Mula-mula ke
India tahun 1869, lalu ke Mesir memberi kuliah di hadapan kaum intelektual di
Al-Azhar pada tahun 1871. Diantara muridnya yang terkenal adalah Muhammad Abduh
dan Sa’ad Zaglul.
Ketika terjadi persoalan politik di Mesir, ia pergi Paris
(Prancis). Di kota ini dia mendirikan sebuah organisasi bernama AL-Urwatul
Wusqa yang beranggotakan muslim militan
di Mesir, Suriyah, dan Afrika Utara. Organisasi ini bertujuan
mempercepat persaudaraan islam, membela,
dan mendorong umat islam untuk mencapai
kemajuan.
Berikut ini beberapa pemikiran Al-Afghani tentang pembaruan
umat Islam :
a.
Kemunduran umat Islam bukan
karena Islam tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan perubahan kondisi.
Kemunduran itu disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor itu adalah sebagai berikut :
1) Umat
Islam telah dipengarui oleh sifat statis, berpegang pada taklid, dan bersikap
fatalis.
2) Umat
Islam telah meninggalkan akhlak yang tinggi dan telah melupakan ilmu
pengetahuan.
3) Di
bidang politik , kesatuan umat Islam menjadi terpecah belah.
b.
Untuk mengembalikan
kejayaan pada masa lalu dan sekaligus menghadapi dunia modern, umat Islam harus
kembali kepada ajaran Islam yang murni dan Islam harus dipahami dengan akal
serta kebebasan.
c.
Corak pemerintahan
otokrasi dan absolut harus diganti dengan pemerintahan demokratis. Kepala
negara harus bermusyawarah dengan pemuka masyarakat yang berpengalaman.
d.
Tidak ada pemisahan
antara agama dan politik. Pan Islamisme atau rasa solidaritas antara umat Islam
harus dihidupkan kembali.
7. Muhammad
Abduh (1849-1905)
Muhammad Abduh lahir di Mesir tahun 1849. Ia adalah seorang
pemikir, teolog, dan pembaru dunia Islam di Mesir. Silsilah keturunannya bersambung
dengan Umar bin Khattab.
Ketika belajar di Al-Azhar, ia bertemu dengan Jamaluddin
al-Afghani. Ia sangat terkesan dengan pemikiran-pemikiran Al-Afghan. Setelah
tamat, ia mengajar di Al-Azhar dan aktif menulis surat kabar Al-Abram.
Ia juga menjabat sebagai rektor Al-Azhar.
Adapun ide-ide pembaruannya yang membawa dampak positif bagi
pengembangan pemikiran Islam adalah
sebagai berikut :
a. Pembukaan
pintu ijtihad karena ijtihad merupakan dasar yang penting dalam menafsirkan
kembali ajaran Islam.
b. Penghargaan
terhadap akal. Abduh mengatakan bahwa Islam adalah agama rasional, yang sejalan
dengan akal ilmu pengetahuan akan maju.
c. Kekuasaan
negara harus dibatasi oleh konstitusi yang telah dibuat oleh negara yang
bersangkutan.
d. Memodernisasi
sistem pendidikan di Al- Azhar.
8. Muhammad
Rasyid Ridha (1865- 1935)
Rasyid Ridha lahir di Al-Qalamun pada tanggal 23 September 1865.
Ada yang mengatakan silsilahnya bersambung dengan Nabi Muhammad SAW. melalui
garis keturunan Husain bin Ali bin Abi Thalib sehingga ia mendapat gelar
sayyid. Ia dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga terhormat serta
taat agama.
Disamping belajar di Madrasah Al-Qhataniyah, Rasyid Ridha tekun
mengikuti berita perkembangan dunia islam melalui surat kabar Al-Urwatul
Wusqa, yang dipimpin oleh Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Melalui
surat kabar tersebut, ia mengenal gagasan dua tokoh pembaru yang sangat
dikaguminya itu. Ide-ide yang dikumandangkan oleh ke dua tokoh tersebut sangat
berkesan dalam diri Rasyid Ridha sehingga menimbulkan keinginan yang kuat di
hatinya untuk bergabung dan berguru kepada keduanya.
Keinginan Rasyid Ridha untuk bertemu dengan Jamaluddin al-Afghani
tidak tercapai karena lebih dahulu meninggal sebelum Rasyid Ridha menjumpainya.
Sebaliknya, Muhammad Abduh dapat dijumpainya setelah ia dibuang di Beirut
(Libanon). Pertemuan dialog antara Ridha dan Abduh semakin menumbuhkan semangat
juang dalam dirinya untuk melepaskan umat Islam dari belenggu keterbelakangan
dan kebodohan.
Rasyid Ridha banyak menyerap pikiran dan pandangan Muhammad
Abduh dalam usaha memajukan umat Islam. Setelah Muhammad Abduh diizinkan
kembali ke Mesir, Rasyid Ridha mengusulkan kepada gurunya agar ia menerbitkan
sebuah majalah. Maka terbitlah majalah yang diberi nama Al- Manar, nama
yang diusulkan oleh Rasyid Ridha .
Adapun pemikiran Rasyid Ridha tentang pembaruan Islam sebagai
berikut :
a. Sikap
aktif dan dinamis di kalangan umat Islam harus ditumbuhkan.
b. Umat
Islam harus meninggalkan sikap pemikiran kaum jabariyah
c. Akal
dapat digunakan untuk menafsirkan ayat ataupun Hadits dengan tidak meninggalkan
prinsip umum.
d. Umat
Islam harus menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.
e. Kemunduran
umat Islam disebabkan adanya unsur bid’ah dan khurafat yang masuk ke dalam
ajaran Islam.
f. Kebahagiaan
di dunia dan di akhirat diperoleh melalui hukum yang diciptakan Allah SWT.
g. Perlu
menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.
h. Khalifah
adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan politik
.
i.
Khalifah haruslah
seorang mujtahid besar dengan bantuan para ulama dalam menerapkan prinsip hukum
dalam Islam sesuai dengan tuntutan zaman.
9. Sayyid
Ahmad Khan (1817-1898)
Sayyid Ahmad Khan dilahirkan di New Delhi tanggal 17 Oktober
1817. Gerakan pembaruan yang dilakukannya
merupakan kelanjutan gerakan dari
Syah Waliyullah. Berkat jasanya menyelamatkan orang-orang Inggris dalam
pemberontakan tahun 1857, ia mendapat gelar Sir. Ia meyakinkan
pemerintah Inggris bahwa dalam pemberontakan itu unat Islam tidak terlibat.
Untuk merealisasikan tujuan gerakan pembaruannya, ia mengadakan
kerja sama dengan inggris meskipun kerja sama itu banyak mendapat tantangan
keras dari ulama lain di Dioband. Ia beranggapan bahwa salah satu penyebab
kemunduran umat Islam dari bangsa Barat adalah lemahnya dalam penguasaan ilmu
dan teknologi.
Oleh karena itu, umat Islam mampu merebut ilmu dan teknologi
dari bangsa Barat melalui pendidikan. Ide pemikiran Sayyid Ahmad Khan tentang
pembaruan Islam adalah sebagai berikut :
a. Kemunduran
umat Islam disebabkan tidak mengikuti perkembangan zaman dengan cara menguasai
sains dan teknologi.
b. Ia
berpendirian bahwa manusia bebas berkehendak dan berbuat sesuai dengan
sunatullah yang tidak berubah. Gabungan kemampuan akal, kebebasan manusia
berkehendak dan berbuat, serta hukum alam inilah yang menjadi sumber kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
c. Sumber
ajaran Islam hanyalah Al-Qur’an dan Hadits.
d. Ia
menentang taklid dan perlu adanya ijtihad sehingga umat Islam dapat berkembang
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
e. Ia
berpendapat satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir umat Islam dari keterbelakangan adalah
pendidikan.
10. Muhammad
Iqbal (1876-1938)
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, Punjab pada tanggal 2 Februari
1873 M. Ia adalah seorang penyair, filusuf, dan mujadid. Muhammad Iqbal
mendapat pendidikan pertama di Murray College, Sialkot. Di sini, ia
bertemu dengan ulama besar Sayyid Mir Hasan, guru dan sahabat karib ayahnya. Ia
melanjutkan studinya di Government College Lahore dan memperoleh gelar Master
of Art (MA). Atas saran Sir Thomas Arnold, ia melanjutkan studinya di Trinity
College, Universitas Cambridge, Inggris. Dua tahun kemudian, ia pindah ke
Munchen, Jerman untuk lebih memperdalam filsafatnya. Di sinilah ia mendapat
gelar Doctor of Pbilosopy (Ph.D).
Pada tahun 1908, ia kembali ke Lahore dengan membuka praktik
sebagai pengacara dan sebagai dosen filsafat. Ia pun pernah menjadi Presiden
Liga Muslim pada tahun 1938. Adapun ide Muhammad Iqbal tentang pembaruan Islam
adalah sebagai berikut :
a. Ijtihad
mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam dan pintu ijtihad tetap
terbuka.
b. Umat
Islam perlu mengembangkan sikap dinamis. Dalam syiarnya, ia mendorong umat
Islam untuk bergerak dan jangan tinggal diam.
c. Kemunduran
umat Islam disebabkan oleh kebekuan atau kejumudan dalam berpikir.
d. Hukum
Islam tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman.
e. Umat
Islam harus menguasai sains dan teknologi yang dimiliki Barat.
f. Perhatian
umat Islam terhadap zuhud menyebabkan mereka kurang memerhatikan masalah-
masalah keduniaan dan sosial dan kemasyarakatan.
1.3
Mengambil ibrah dari
peristiwa perkembangan Islam pada masa modern
Pembaruan dalam Islam atau gerakan Islam
modern merupakan jawaban yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat Islam
pada masanya. Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani yang merupakan pemangku
khilafah Islam setelah abad ke-17 telah melahirkan kebangkitan Islam. Salah
satu gerakan pembaruan yang terkenal adalah Wahabi, sebuah gerakan reformis
puritan. Gerakan ini merupakan sarana yang menyiapkan jembatan ke arah
pembaruan Islam abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual.
Pendorong gerakan pembaruan Islam yang
terkenal adalah Jamaluddin al- Afghani (1897). Ia mengajarkan solidaritas Pan-Islam
dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa dengan kembali kepada Islam dalam
suasana yang ilmiah dan modernis.
Gerakan yang lahir di Timur Tengah itu
telah memberikan pengaruh besar kepada gerakan kebangkitan Islam di Indonesia.
Bermula dari pembaruan pemikiran dan pendidikan Islam di Minangkabau yang
disusul oleh pembaruan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di
Indonesia. Kebangkitan Islam di Indonesia makin berkembang dengan terbentuknya
organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarikat Dagang Islam (SDI) di
Solo (1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka (1911), Muhammadiyah di
Yogyakarta (1912), Persatuan Islam (Persis) di.Bandung(1923), Nahdlatul Ulama
(NU) di Surabaya(1926), dan Persatuan seperti Sarikat Islam (SI) yang merupakan
kelanjutan dari SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) di Padang Panjang (1932),
yang merupakan kelanjutan dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib,
dan Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1938.
Sementara itu, hampir pada waktu yang
bersamaan, pemerintah penjajah menjalankan Politik Etis atau politik balas budi.
Belanda mendirikan sekolah-sekolah formal bagi bumi putera, terutama dari kalangan
priyayi dan kaum bangsawan. Pendidikan Belanda tersebut membuka mata kaum
terpelajar akan kondisi masyarakat Indonesia. Pengetahuan mereka akan
kemiskinan, kebodohan, dan ketertindasan masyarakat Indonesia pada saatnya
mendorong lahirnya organisasi-organisasi sosial, seperti Budi Utomo, Taman
Siswa, Jong Java Sumatranen Bond, Jong Ambon, dan Jong Celebes.
Organisasi-organisasi sosial keagamaan
Islam dan organisasi-organisasi yang didirikan kaum terpelajar di atas
menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme dalam pengertian modern.
Secara umum, ibrah yang dapat
diambil dari gerakan pembaruan Islam antara lain sebagai berikut :
1. Bidang
Akidah
Dalam
bidang akidah, gerakan ini berusaha melakukan pembaruan dalam pemahaman ajaran
Islam karena banyak paham yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, antara lain
berkembangnya paham fatalisme, dan masuknya budaya syirik (takhayul, bid’ah,
dan khurafat) ke dalam ajaran Islam.
2. Bidang
Politik
Dalam
bidang politik, gerakan ini berusaha melakukan pembaruan dengan tujuan
membebaskan diri dari penjajah.
3. Bidang
Pendidikan
Dalam
bidang pendidikan, gerakan ini berusaha melakukan pembaruan dalam pendidikan
dengan cara melakukan perubahan kurikulum pendidikan dan memadukannya dengan
pendidikan modern.
4. Bidang
Ekonomi
Dalam
bidang ekonomi gerakan ini berusaha melakukan perubahan ekonomi karena
penjajahan menimbulkan kemiskinan dan kesengsaraan. Selain itu, pada
masa pembaruan telah bermunculan para sastrawan yang karya-karyanya bernuansa
islami di berbagai negara, antara lain sebagai berikut :
a. Muhammad
Iqbal
Menggunakan
bahasa Urdu dan Persi. Karya puisinya yang paling terkenal adalah Asrari
Khudi. Buku filsafatnya yang paling terkenal berjudul The Reconstruction
of Religious Thought in Islam. Muhammad Iqbal juga menulis beberapa prosa
dalam bahasa Inggris dan Arab.
b. Mustafa
Lutfi al- Manfaluti (1876-1926)
Muhammad
Lutfi merupakan seorang sastrawan dan ulama dari Mesir. Ia merupakan pengarang
cerita pendek yang cerita-ceritanya bergaya semi klasik dan modern.
c. Dr.
Muhammad Husain Haekal (1888- 1956)
Dr.
Muhammad Husain Haekal menulis Hayatu Muhammad( Sejarah Hidup Nabi Muhammad
saw) Ia seorang sastrawan yang dianggap sebagai perintis karya sastra
modern setelah novelnya yang berjudul Zainab terbit tahun 1914. Beliau banyak
menulis kritik sastra dan cerita pendek.
d. Jamil
Siqdi az- Zahawi (1863-1936)
Jamil
Siqdi merupakan sastrawan yang berasal dari Irak. Ia dikenal sebagai peritis
sejak modern dan seorang penyair tua yang bernada keras. selain sebagai sastrawan
ia pun dikenal sebagai hak-hak wanita bersama-sama dengan Ma’ruf ar-Rasafi
(1877-1945).
e. Binti
Syati’(Aisyah Abdurrahman )
Binti
Syati’ terkenal sebagai sastrawati, wartawati, dan editor harian Al- Abram Mesir.
Selain itu, beliau banyak menekuni Al-Qur’an, lalu menulis tafsir Al-Qur’an
dari segi sastra.
1.4
Meneladani tokoh-tokoh
yang berprestasi dalam perkembangan Islam pada masa modern
Perkembangan Islam pada periode modern
tak lepas dari jasa-jasa tokoh-tokoh yang mempelopori perkembangan tersebut.
Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda Islam, dituntut untuk meneladani
tokoh-tokoh pembaruan tersebut sehingga agama Islam selalu maju dan berkembang
hingga akhir zaman.
Keteladanan dari tokoh-tokoh pembaruan
yang perlu kita tiru adalah semangat mereka untuk kembali ke jalan Islam yang
benar sebagai mana yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasulullah SAW. Selain
itu, semangat mereka untuk menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia dan
kemauan untuk menuntut ilmu agar tidak tertinggal dari bangsa Barat juga perlu
kita tiru. Pada dasarnya menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap umat
Islam. Dengan menuntut ilmu kita akan terhindar dari kebodohan dan mengetahui
mana hal yang benar atau mana yang salah. Dari ilmu yang dituntut itu pula,
para tokoh-tokoh pembaharu Islam tersebut menyadarkan negara-negara Islam yang
dijajah bangsa Barat, termasuk Indonesia, untuk memerdekakan negerinya. Dengan
menjadi bangsa yang merdeka, kemakmuran untuk segenap rakyat akan tercipta
serta dapat menunjang perkembangan agama Islam.[1]
Kelas XII Semester II
Standar Kompetensi
:
2.
Memahami
Perkembangan Islam di Indonesia
Kompetensi Dasar
:
2.1
Menjelaskan
perkembangan Islam di Indonesia
Di
tinjau dari sudut sejarah, agama Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai
cara. Pada umumnya masuknya Islam ke Indonesia melalui para pedagang dari
jazirah Arab, Persia, dan India pada abad ke-7 M.[2]
Para pedagang tersebut menyebarkan Islam dengan cara berdagang dengan penduduk Indonesia,
menikahi penduduk Indonesia, atau meliputi pendidikan yang meliputi kesenian,
pemerintahan, dan tasawuf kepada masyarakat Indonesia hingga Islam bisa diterima
dan menjadi mayoritas di Indonesia.
Dalam
perkembangan selanjutnya, Islam berkembang dengan menyatukan budaya lokal Indonesia
dengan ajaran Islam. Namun, perpaduan itu tidak menyebabkan ajaran Islam keluar
dari jalurnya dan tetap berpegang teguh pada tuntunan Allah SWT dan Rasulullah
SAW.
Pada
umumnya pembawa agama Islam ke Indonesia adalah para pedagang yang berasal dari
Arab. Selain berdagang, mereka merasa berkewajiban menyiarkan agama Islam kepada
orang lain. Agama Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai, tidak dengan
kekerasan atau peperangan, dan tidak dengan paksaan. Adapun daerah Indonesia yang
mula-mula di masuki islam adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Jawa Tengah.
Kemudian agama Islam berkembang ke seluruh pelosok tanah air.
Berikut
ini pendapat beberapa ahli tentang waktu dan daerah yang mula-mula di masuki Islam
di Indonesia :
1. Drs.
Juned Pariduri
Beliau
menyimpulkan bahwa agama Islam pertama kali masuk Indonesia melalui daerah Sumatera
Utara (Tapanuli) pada abad ke-7, hal ini didasarkan pada penyelidikannya
terhadap sebuah makam Syekh Mukaiddin di Tapanuli yang berangka tahun 48 H (670
M).
2. Hamka
Hamka
berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7 (674), yang didasarkan
pada kisah sejarah yang menceritakan tentang Raja Ta-Cheh yang mengirimkan
utusan menghadap Ratu Sima dan menaruh pundi-pundi yang berisi emas di tengah-tengah
jalan dengan maksud menguji kejujuran, keamanan, dan kemakmuran negeri itu.
Menurut Hamka, Raja Ta-Cheh adalah Raja Arab Islam.
3. Zainal
Arifin Abbas
Beliau
berpendapat bahwa agama Islam masuk di Sumatera Utara pada abad ke-7 (648).
Beliau juga mengatakan pada waktu itu datang di Tiongkok seorang pemimpin Islam
yang telah mempunyai pengikut di Sumatera Utara.
Berdasakan
para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa agama Islam masuk di Indonesia pada
abad ke-7. Pada abad ke 13 agama Islam berkembang dengan pesat ke seluruh Indonesia.
Hal itu di tandai dengan adanya penemuan-penemuan batu nisan atau makam-makam
yang berciri khas Islam, misalnya di Leran (dekat Gresik) terdapat sebuah batu
yang berisi tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun
pada tahun 1082 M dan makam-makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke-13
M[3]
dan di Samudera Pasai terdapat makam-makam raja Islam, di antaranya makam Sultan
Malik as-Saleh yang meninggal tahun 676 H atau 1292 M.
1. Perkembangan
Islam di Sumatera
Agama Islam masuk ke Sumatera
sekitar abad ke-7. Pertumbuhan Islam di Sumatera ditandai dengan berdirinya
kerajaan Islam pertama di Sumatera dan juga pertama di Indonesia, yaitu
kerajaan Samudera Pasai di Aceh yang didirikan oleh raja pertama yaitu Malik
al-Saleh[4].
Selanjutnya agama Islam berkembang hampir ke seluruh wilayah Sumatera. Seperti Tapanuli,
Riau, Minangkabau, Kerinci, Bangka, Belitung, Indragiri, Lampung serta
daerah-daerah lainnya.
2. Perkembangan
Islam di Jawa
Agama Islam masuk ke Jawa
Tengah pada masa pemerintahan Sima (674). Kerajaan Islam pertama adalah
kerajaan Demak yang dipimpin oleh raja pertama yaitu Raden Patah. Sedangkan
masuknya Islam di Jawa Timur terbukti dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun
pada tahun 1082 dan ditemukannya batu nisan bertuliskan Arab yang kemudian
disebut “batu leran”. Masuknya Islam di Jawa Barat disiarkan oleh Haji Purba pada
saat pemerintahan Prabu Mundingsari pada tahun 1190. Perkembangan agama Islam
di Jawa juga tidak dapat lepas dari peranan dan andil Wali Songo.
3. Perkembangan
Islam di Sulawesi
Perkembangan agama Islam di Sulawesi tidak sebaik dan
sepesat di Jawa dan Sumatera. Cara pengislaman di Sulawesi juga dilakukan
dengan cara damai, tanpa kekerasan, peperangan, atau paksaan. Terkadang timbul
pertentangan antara kerajaan yang telah Islam dengan kerajaan yang belum
memeluk Islam. Pertentangan tersebut bukan karena masalah agama, akan tetapi
masalah politik, misalnya Kerajaan Gowa dengan Kerajaan Sopeng.
Adapun
yang menyiarkan agama Islam di Sulawesi adalah Dato’ri Bandang dan Dato’
Sulaeman. Dato’ri Bandang adalah murid Sunan Giri dan beliau mengajarkan agama Islam
kepada rakyat dan para raja. Daerah pelopor pengembangan agama Islam adalah di Kerajaan
Gowa dan Kerajaan Tallo di Sulawesi Selatan. Kedua kerajaan itu kemudian
bergabung menjadi Makassar. Raja Gowa menjadi raja Makassar kemudian bergelar Sultan
Alaudin. Sedangkan Raja Tallo menjadi Mangkubumi dengan gelar Sultan Abdullah.
4. Perkembangan
Islam di Kalimantan
Sekitar
tahun 1550 di Banjar berdiri kerajaan Islam dengan rajanya bergelar Sultan
Suryanullah. Sejak itu pula rakyat Banjar banyak yang memeluk agama Islam.
Begitu pula daerah-daerah di bawah kekuasaan Banjar, satu persatu masuk Islam sehingga
agama Islam dengan cepat dan pesat berkembang di Kalimantan.
Sebelum
agama Islam masuk ke Dayak, suku Dayak menyembah berhala. Kemudian lama-lama
mereka banyak yang memeluk agama Islam. Pengislaman di Dayak melalui jalan
perdagangan, pernikahan, dan dakwah. Penyiaran Islam di Dayak dilakukan oleh
pendatang dari Arab, Bugis, dan Melayu. Perkembangan Islam selanjutnya
dilakukan oleh keturunan-keturunan mereka.
5. Perkembangan
Islam di Indonesia
Proses penyebaran Islam
di wilayah Nusantara tidak dapat dilepaskan dari peran aktif yang dilakukan
oleh para ulama. Melalui merekalah Islam dapat diterima dengan baik dikalangan
masyarakat Nusantara. Para ulama yang pertama kali menyebarkan Islam di Nusantara
antara lain sebagai berikut :
a. Hamzah
Fansuri
Hamzah
Fansuri hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, sekitar tahun 1590.
Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur, Aceh, tetapi juga ke India, Persia,
Makkah dan Madinah. Karena itu ia menguasai berbagai bahasa selain bahasa Melayu.
Dalam pengembaraannya itu, ia sempat mempelajari ilmu fiqih, tauhid, tasawuf,
sejarah dan sastra Arab. Usai menjalani pengembaraan intelektualnya, Hamzah
Fansuri kembali ke kampung halamannya di Fansur, Aceh,untuk mengajarkan keilmuan
Islam yang diperolehnya dari guru-guru yang didatanginya di negeri-negeri yang
telah disinggahi. Ia mengajarkan keilmuan Islam tersebut di Dayah (pesantren)
di Obob Simpangkanan, Singkel.
Hamzah
Fansuri bukan hanya sebagai seorang ulama, sufi dan sastrawan terkemuka, ia
juga sebagai perintis pengembangan peradaban Islam di Nusantara. Dalam bidang
keilmuan tafsir, Hamzah Fansuri telah mempelopori penggunaan metode ta’wil. Hal
ini dapat dilihat dari karyanya Asrarul
Arifin.
b. Syamsudin
Al-Sumatrani
Syamsudin
Al-Sumatrani merupakan salah seorang ulama terkemuka di Aceh dan Nusantara yang
hidup pada abad ke-16. Syamsudin Al-Sumatrani memiliki peran dan posisi penting
di istana kerajaan Aceh Darussalam, karena is berprofesi sebagai Qadli (Hakim
Agung), juga kedekatannya dengan Sultan Iskandar Muda sebagai seorang Syeikh Al
Islam. Syeikh Al Islam merupakan gelar tertinggi untuk ulama, kadi, imam atau
syeikh, penasihat raja, imam kepala, anggota tim perundingan dan juru bicara
Kerajaan Aceh Darussalam. Karya-karya Syamsudin Al-Sumatrani adalah : Jaubar Al-Haqaid, Risalah Al-Baiyyin
al-Mulahaza Al-Muwahhidin Wa Al-Mubiddinfi Dzikr Allah, Mir’ah Al-Mukminin,
Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri, Syarah Syair Ikan Tongkol.
c. Nuruddin
Ar-Raniri
Nuruddin
Ar-Raniri dilahirkan di Ranir (sekarang Render), sebuah pelabuhan tua di Gujarat.
Ayahnya berasal dari keluarga imigran Arab Hadramy, Arab Selatan, yang menetap
di Gujarat India. Meskipun ia keturunan Arab, Ar-Raniri dianggap lebih dikenal
sebagai seorang ulama Melayu dari pada India atau Arab.
Ar-raniri
diangkat sebagai Syeikh Al Islam, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Tsani.
Dengan memperoleh dukungan dari sultan, Ar-Raniri mulai melancarkan berbagai
pembaruan pemikiran Islam di tanah Melayu, khususnya di Aceh. Selama lebih
kurang tujuh tahun, ia menentang doktrin wujudiah yang diajarkan oleh Hamzah
Fansuri dan Syamsudin Al-Sumatrani. Diantara karya Ar-Raniri adalah Shiratal Mustaqiem dalam bidang tasawuf, dan Durratul Aqaid bisyarbil-Aqaid
dalam bidang akidah Islam.
d. Abdurrauf
Singkel
Abdurrauf Singkel lahir
di Singkel pada tahun 1024 H/1615 M. Ia memperoleh pengetahuan Islam dari
ayahnya yang seorang ulama. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di Banda
Aceh. Setelah itu melanjutkan ke Haramain pada tahun 1052 H/1642 M. Abdurrauf
kembali ke aceh pada tahun 1584 H/1661 M. Karyanya yang paling terkenal adalah Tafsir Tarjuman Al-Mustafid (Tafsir Penafsir
yang Bermanfaat) dan Al-Miratu Thulab
fi tashilil Ma’rifatul Ahkamus Syar’iyyah lil Malikil Wahhab (Cermin Mudd untuk
Memudahkan Pengetahuan tentang Hukum Syari’at yang Dihadiahkan kepada raja)
dalam bidang fikih muamalah.
e. Syeikh
Muhammad Yusuf Al-Makassari
Muhammad
Yusuf bin Abdullah Abul Mahasin Al-Tajul-Khalwati Al-Makassari, dilahirkan di Moncong
Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H. Ia berasal dari
keluarga yang taat beragama. Ia belajar bahasa Arab, fikih, tauhid, dan tasawuf
kepada Sayid Ba Alwi bin Abdullah Al-‘Allaham Al-Thahir, seorang Arab yang
menetap di Bontoala. Setelah berusia 15 tahun, ia melanjutkan pelajarannya di Cikoang
dengan Jalaluddin Al-Aydid, seorang guru pengembara, yang datang dari Aceh ke Kutai,
sebelum sampai di Cikoang.
Diantara
karyanya adalah menyalin kitab Ad-Durrah
Al-Fakbira (Mutiara yang Membanggakan), dan Risalah fil-Wujud (Tulisan tentang Wujud)
f. Syeikh
Abdussamad Al-Palimbani
Syeikh
Abdussamad Al-Palimbani merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal
dari Palembang, Sumatra Selatan. Ayahnya adalah seorang sayid dari San’a, Yaman,
yang sering melakukan perjalanan ke India dan Jawa sebelum menetap di Kedah, Semenanjung
Malaka. Di Kedah, ia diangkat menjadi Qadli (Hakim Agung) di Kesultanan Kedah.
Salah
satu karyanya adalah Nasihah Al-Muslimin
wa Tazkiyarah Al-Mukmininfi Tadla’ililfibadfi Sabilillah (Nasihat bagi Kaum
Muslimin dan Peringatan bagi Orang Beriman tentang Keutamaan Jihad di Jalan
Allah)
g. Syeikh
Muhammad Arsyad Al-Banjari
Muhammad
Arsyad Al-Banjari lahir pada tahun 1122 H/1710 M di Martapura, Kalimantan
Selatan. Ia memperoleh pendidikan dasar keagamaan dari ayahnya dan para guru
setempat didesanya sendiri. Dalam usia 7 tahun, Muhammad Arsyad telah mampu
membaca al-qur’an secara sempurna. Kemampuan ini menarik perhatian Sultan
Tahlilullah sehingga ia di minta tinggal bersama sultan di istana. Di kemudian
hari sultan menikahkannya kemudian ia dikirim ke Haramain guna menuntut ilmu
atas biaya kesultanan.
Karyanya
adalah Sabilul Muhtadin (Jalan bagi Oang
yang Mencari Petunjuk) dalam bidang ilmu lahir dan Kanzul Ma’rifah (Gudang Pengetahuan) dalam bidang ilmu batin.
h. Syeikh
Muhammad Nafis Al-Banjari
Muhammad
Nafis lahir pada tahun 1148 H/1735 M di Martapura. Ia berasal dari keluarga
bangsawan Banjar. Ia merupakan tokoh terpenting kedua setelah Muhammad Arsyad
Al-Banjari. Ia meninggal dan di kuburkan di Kelua, sekitar 125 km dari Banjarmasin.
Karya
tasawufnya yang terkenal adalah Ad-Durrun
Nafis fi Bayanil Wabdab wal Afalul Asma wa Sifat wa Zatut Taqdis.
i.
Syeikh Muhammad bin Umar
An-Nawawi Al-Bantani
Muhammad
bin Umar An-Nawawi Al-Bantani lahir di Tanara, Serang, Banten pada tahun 1230
H/1813 M. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan Abmad, di didik
ayahnya dalam bidang agama, ilmu kalam, ilmu nahwu, fikih dan tafsir. Selain
itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden
Haji Yusuf di Purwakarta Jawa Barat.
Syeikh
Nawawi A-Bantani termasuk salah seorang ulama Nusantara yang cukup berpengaruh
dan sangat dihormati, bukan hanya di kalangan komunitas melayu Nusantara tetapi
juga oleh masyarakat Haramain secara keseluruhan. Posisi sosial keagamaan dan
intelektual yang dimilikinya memberi kesempatan kepadanya untuk mengajar pada
berbagai halaqah di Masjidil Haram sejak tahun 1860, khususnya di Ma’had Nashr
Al-Ma’arif Ad-Diniyah, hingga akhirnya ia memperoleh gelar sebagai “Syeikh
Al-Hijaz”
j.
Syeikh Ahmad Khatib
Minangkabau
Syeikh Ahmad Khatib
Minangkabau lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada tahun 1276 H/1855 M.
Ayahnya adalah seorang jaksa di Padang, sedangkan ibunya adalah anak dari Tuanku
Nan Renceh, seorang ulama terkemuka dari golongan Padri. Ahmad Khatib kecil
memperoleh pendidikan awal pada sekolah pemerintah yang didirikan Belanda,
yaitu sekolah rendah dan sekolah guru di kota kelahirannya. Kemudian pada tahun
1876, Ahmad Khatib melanjutkan pendidikan agamanya di Makkah, tempat kelak ia
memperoleh kedudukan tinggi dalam mengajarkan agama dan imam dari madzhab Syafi’i
di Masjidil Haram.
k. Wali
Songo
Dalam sejarah
penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa terdapat sembilan orang ulama
yang memiliki peran sangat besar. Mereka di kenal dengan sebutan Wali Songo.
1)
Maulana
Malik Ibrahim
Maulana
Malik Ibrahim nama aslinya adalah Maulana Makhdum Ibrahim As Samarkandy. Beliau
lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh pertama pada abad ke-14. Maulana Malik
Ibrahim juga disebut Syekh Maghribi. Ia bersaudara sengan Maulana Ishak, ulama
terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang Persia, bernama
Maulana Jumada’ Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini
sebagai generasi ke-10 dari Al-Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW. Maulana Malik
Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama 13 tahun (1379-1392)
dan menikah dengan putri raja Campa. Dari perkawinan ini lahir dua putra, yaitu
Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadho alias Raden
Santri.[5]
Pada
tahun 1392, Maulana Malik Ibrahim hijah ke pulau Jawa tepatnya di desa Sembalo
(sekarang Leran), Manyar, sebelah utara kota Gresik. Aktivitas pertama yang
dilakukan di desa itu adalah berdagang dengan cara membuka warung, yang
menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu, Maulana Malik
Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara Cuma-Cuma.
2)
Sunan
Ampel
Sunan
Ampel adalah putra tertua dari Maulana Malik Ibrahim. Nama aslinya adalah Raden
Rahmat. Beliau dilahirkan pada 1401 di Campa. Nama Ampel sendiri di identikkan
pada nama tempat di mana ia lama bermukim, yaitu di daerah Ampel atau Ampel
Denta, wilayah yang kini menjadi bagian Surabaya, kota Wonokromo sekarang.[6]
Sunan
Ampel masuk ke pulau jawa pada tahun 1443. Sunan Ampel membangun dan
mengembangkan pondok pesantren, yang kemudian dikenal dengan sebutan Pesantren
Ampel Denta. Pada pertengahan abad ke-15, Pesantren Ampel Denta menjadi pusat
Pendidikan Islam yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara, bahkan hingga ke
mancanegara. Dalam menyampaikan materi, Sunan Ampel menyampaikan materi yang
sangat mendasar dan sederhana. Sunan ampel pula yang mengenalkan istilah Mo Limo (moh main, moh ngombe, moh maling,
moh madat, moh madon).
3)
Sunan
Giri
Nama
asli Sunan Giri adalah Muhammad Ainul Yaqin. Nama kecil Sunan Giri ialah Raden
Paku. Ia lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442. Ayahnya adalah Muhammad
Ishak, saudara kandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil
mengislamkan istrinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah
ia meninggalkan keluarga istrinya dan berkelana hingga Samudera Pasai.
Sunan
Giri kecil menuntut ilmu di Pesantren Ampel Denta yang didirikan oleh Sunan
Ampel, Ia juga berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah itu Ia membuka pesantren
didaerah perbukitan desa Sidomukti, Selatan Gresik. Materi yang disampaikan Sunan
Giri adalah soal akidah dan ibadah dengan pendekatan fikih yang disampaikannya
secara lugas. Pesantren ini tidak hanya digunakan sebagai tempat pendidikan,
tetapi juga dijadikan sebagai pusat pengembangan masyarakat.
4)
Sunan
Bonang
Sunan
Bonang adalah putra Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim.
Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau lahir pada tahun 1465. Ibunya
bernama Nyi Ageng Manila, putri seorang Adipati di Tuban[7].
Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah
dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok pulau Jawa. Pada
awalnya ia berdakwah di Kediri dan kemudian menetap di Bonang, Lasem, Jawa
Tengah. Di desa itu ia membangun pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu
Layar.
Sunan
Bonang juga banyak menulis karya sastra berupa suluk atau tembang tamsil. Salah
satunya Suluk Wijil yang dipengaruhi
kitab Al-Shidiq karya Abu Sa’id
Al-Khayr. Dan tembang Tombo Ati juga
termasuk salah satu karyanya.
5) Sunan
Kalijaga
Sunan
Kalijaga adalah seorang wali yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa.
Ia lahir di sekitar tahun 1450. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban,
salah seorang keturunan tokoh pemberontak Majapahit bernama Ronggolawe. Nama
kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama
panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, atau Raden
Abdurrahman.
Dalam
melaksanakan gerakan dakwahnya, Sunan Kalijaga menggunakan sarana kesenian dan
kebudayaan, misalnya seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk.
Beberapa karya Sunan Kalijaga diantaranya adalah menciptakan perayaan
sekatenan, grebek maulud, Layang
Kalimasada, dan lakon wayang Petruk
Jadi Raja.
6) Sunan
Gunung Jati
Sunan
Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah lahir sekitar tahun 1448. Ibunya adalah Nyai
Rara Santang, putri dari Raja Pajajaran, Raden Manah Rarasa. Ayahnya adalah Sultan
Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.
Sejak kecil Syarif Hidayatullah belajar agama Islam dan baru mulai mendalami
ilmu agama secara intensif sejak berusia 14 tahun dari ulama Mesir. Ia sempat
berkelana ke berbagai negara. Setelah berdirinya Kesultanan Bintoro Demak dan
atas restu ulama lain, ia mendirikan Kesultanan Cirebon yang juga dikenal
sebagai Kasultanan Pakungwati.
Dengan
demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya Wali Songo yang memimpin
pemerintahan. Dalam berdakwah, Sunan Gunung Jati mendekati rakyat dengan cara
membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.
Lalu Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten hingga penguasa
banten, Pucuk Umum, menyerahkan dengan sukarela penguasaan wilayah Banten
tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.
7) Sunan
Drajat
Sunan
Drajat dilahirkan pada 1470. Nama kecil Sunan Drajat adalah Raden Qosim dan
bergelar Syaifuddin. Ayahnya adalah Sunan Ampel. Sunan Drajat mendapat tugas
pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut.
Tetapi ia kemudian terdampar di Dusun Jelog, daerah pesisir Banjarwati atau Lamongan
sekarang. Setahun berikutnya, Sunan Drajat pindah ke selatan dan mendirikan
padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama desa Drajat, Paciran, Lamongan.
Sunan
Drajat dikenal sebagai seorang yang bersahaja dan suka menolong, serta
memelihara anak-anak yatim piatu dan fakir miskin. Dalam berdakwah, Sunan
Drajat tidak menggunakan cara dengan mendekati budaya lokal melainkan secara
langsung yaitu tentang tauhid dan akidah.
8) Sunan
Kudus
Nama
kecil Sunan Kudus adalah Jaffar Shadiq. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan
Kalijaga. Sunan kudus berdakwah ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti
Sragen, Simo, hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan
Kalijaga, yaitu sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan
lebih halus. Oleh karena itu, para wali menunnjuknya menjadi penyebar Islam di Kudus.
Hal itu terjadi karena ia merupakan salah seorang wali yang mencoba
mengakomodasi budaya lokal dalam berdakwah di kalangan masyarakat Kudus yang
mayoritasnya beragama Hindu.
9) Sunan
Muria
Sunan
Muria adalah putra Dewi Saroh dari hasil perkawinannya dengan Sunan Kalijaga.
Dewi Saroh adalah adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Muhammad Ishak.
Nama kecil Sunan Muria adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari Tempat tinggal
terakhirnya di lereng Gunung Muria, yaitu sebelah utara kota kudus.
Sunan
Muria berdakwah dari Jepara, tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan pati. Salah
satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom
dan Kinanti.
2.2
Mengidentifikasi
Peristiwa-Peristiwa Penting dan Tokoh-Tokoh yang Berprestasi dalam Perkembangan
Islam di Indonesia
Agama
Islam di Indonesia menjadi agama mayoritas yang hampir dipeluk seluruh
masyarakat Indonesia. Umat Islam di Indonesia juga menentukan maju mundurnya
kehidupan bangsa ini. Umat Islam juga dituntut untuk mengisi
kemerdekaan dengan bekerja keras agar tercapai kemajuan bangsa Indonesia.
Agar
hal tersebut terwujud, maka seluruh umat Islam di Indonesia harus bersatu dalam
usaha untuk memajukan Indonesia. Berikut ini merupakan berbagai usaha umat Islam
Indonesia dalam mengisi kemerdekaan Indonesia.
1. Usaha
Menyatukan Bangsa
a. Pada
tahun 1960 umat Islam berusaha mencegah gagasan Nasakom dan pada tahun 1965 mengusulkan
pembubaran PKI untuk menyelamatkan Pancasila dan kesatuan bangsa
b. Mempelopori
pembentukan “Front Pancasila” sebagai landasan lahirnya Orde Baru
c. Untuk
memperkuat ideologi Pancasila, umat Islam memajukan pendidikan umum dan pendidikan
agama dalam mencerdaskan bangsa dan kesadaran bernegara, serta memperkokoh
persatuan dan kesatuan.
2. Pembentukan
Lembaga untuk Kesatuan dan Kemajuan
Untuk
mencapai kesatuan dan kemajuan, umat Islam membentuk lembaga-lembaga, baik
berupa organisasi maupun lembaga-lembaga pendidikan. Diantaranya adalah Majelis
Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Organisasi Mahasiswa
Islam, Organisasi Pelajar Islam dan Organisasi Islam yang lain.
Pada
abad ke 17-19 perlawanan umat Islam digerakkan dan dipelopori oleh tokoh-tokoh
pahlawan Islam, seperti Sultan Agung (Mataram), Sultan Ageng Tirtayasa dan Kiai
Tapa (Banten), Sultan Hasanuddin (Makassar), Teuku Cik Di Tiro (Aceh), Tuanku
Imam Bonjol (Minangkabau), dan para kiai diseluruh pondok pesantren, terutama
di kalangan santri-santri di pulau Jawa.
Patriot-patriot
bangsa ini dapat dilihat semangatnya dalam mencapai kemerdekaan yang telah
menggema ke seluruh Nusantara. Pahlawan-pahlawan itu merupakan embrio gerakan
nasional secara keseluruhan dalam menentang penjajah, sebab dengan rasa senasib
terjajahnya umat Islam, mereka merasa satu saudara se-Nusantara tanpa melihat
dari daerah mana mereka berjuang, tetapi mereka mempunyai semangat persatuan
Islam yang amat kuat untuk dapat mengusir penjajah Belanda.
3. Peran
dalam Pembangunan
Sejak
abad ke-16 agama Islam di Indonesia telah mencatat perkembangan dalam usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa, menanamkan jiwa-jiwa keagamaan, dan menumbuhkan
nilai-nilai persatuan. Bukti nyata dari kemajuan tersebut adalah adanya
kerajaan-kerajaan Islam yang menjadi pusat pengembangan Islam sebagai ajaran
kehidupan dalam jiwa bangsa Indonesia.
Pada
saat kemerdekaan tiba, umat Islam secara bersama-sama atas nama bangsa,
menyusun Undang-Undang Dasar 1945 beserta pembukaannya maupun Piagam Jakarta 22
Juni 1945 yang ditandatangani oleh sembilan orang pemimpin bangsa Indonesia. Pada
tahun 1969 bangsa Indonesia memulai pembangunan lima tahun pertama (1969-1973)
untuk mengisi kemerdekaan yang telah telah ditegakkan atas dasar Pancasila.
Peran umat Islam yang paling tampak justru di bidang pembangunan mental bangsa Indonesia.
Lemabaga-lembaga swadaya yang bergerak di bidang pembangunan ini banyak
didirikan oleh umat Islam terutama para kiai, seperti didirikannya
pondok-pondok pesantren dan sebagainya.
4. Peran
dalam Ketahanan dan Kesatuan
Umat
Islam mempunyai peran dalam memperkokoh ketahanan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Peran itu terdapat dalam usaha-usaha sebagai berikut :
a. Dalam
pemerintahan Soekarno tahun 1960, umat Islam mencegah terlaksananya gagasan Nasakom.
b. Setelah
meletusnya G 30 S/PKI, pada tanggal 5 Oktober 1965 umat Islam mengusulkan
kepada Presiden Soekarno agar PKI dibubarkan untuk menyelamatkan Pancasila
c. Umat
Islam mempelopori terbentukya Front Pancasila, kemudian diteruskan dengan lahirnya
kesatuan-kesatuan aksi penghapusan G 30 S/PKI sebagai landasan lahirnya Orde
Baru atau Orde Pembangunan
d. Untuk
memperkuat ketahanan nasional dan kesatuan bangsa, semua partai Islam Indonesia
berfusi ke dalam satu wadah dengan nama Partai Persatuan Pembangunan tahun 1973
e. Umat
Islam secara intensif memberikan pendidikan agama kepada rakyat melalui
sekolah-sekolah negeri dan swasta, ceramah dan pengajian, pondok pesantren,
lembaga-lembaga penelitian masyarakat dan lembaga penelitian ekonomi.
5. Persatuan
bagi Kepentingan Dunia Islam
a. Kepentingan
Kebangkitan Dunia Islam
Dalam kepentingan
kebangkitan dunia Islam, suatu hal yang nyata telah terbukti, tetapi
bukti-bukti kebangkitan yang telah diproklamasikan oleh umat Islam seluruh
dunia itu menjadi terhambat ketika umat Islam mengalami krisis kesatuan. Krisis
kesatuan terjadi saat berlangsungnya perang saudara diantara dua negara Islam,
yaitu Iran-Irak sejak tahun 1979, kemudian disusul lagi perang saudara antar
umat Islam di Libanon. Kebangkitan untuk menghadapi tantangan dan kekuatan dari
luar akan hilang dan lumpuh dalam waktu yang cepat bila umat Islam selalu
terpecah-pecah.
b. Kepentingan
Ekonomi, Sosial dan Politik
Kepentingan
ekonomi dan sosial merupakan dambaan masyarakat Islam terutama di negara-negara
miskin, baik di Asia maupun di Afrika. Bila kemiskinan tidak dapat diatasi,
akan mengakibatkan kelemahan ekonomi bangsa. Bila ekonomi suatu bangsa lemah
dan rawan, maka bangsa itu akan mudah dikuasai oleh bangsa lain.
Dewasa
ini perkembangan umat Islam di Indonesia amat menggembirakan. perbedaan paham
antara pemerintah dengan agama sudah tidak ada. Umat Islam telah sejalan dan
telah kuat untuk bersama-sama seluruh lapisan masyarakat Indonesia menuju era
tinggal landas dalam pembangunan bangsa.
Dewasa
ini di indonesia banyak dilakukan pengembangan pendidikan Islam, seperti
universitas-universitas Islam, pesantren-pesantren modern, pengiriman
sarjana-sarjana, mahasiswa dan pelajar Islam Indonesia ke luar negeri,
semata-mata untuk kepentingan umat islam.
2.3
Mengambil Ibrah dari
Peristiwa Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia yang
masuk secara damai memberikan kesan mendalam keseluruh masyarakat Indonesia. Hal
ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang memeluk Islam. Dari
perkembangan Islam di Indonesia ada beberapa hikmah yang perlu kita lakukan Seperti berikut ini :
1.
Berusaha untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan,
terutama dengan sesama muslim
2.
Tekun belajar dan tidak pantang menyerah bila menemui
hambatan
3.
Rela berkorban untuk kepentingan agama dan bangsa
4.
Selalu melaksanakan ajaran Islam sesuai dengan tuntunan
yang telah diberikan Allah SWT dan Rasulullah SAW
5.
Selalu melakukan perbuatan yang bermanfaat dan tidak
merugikan orang lain.
2.4 Meneladani
Tokoh-Tokoh yang Berprestasi dalam Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia tidak
lepas dari jasa tokoh-tokoh yang menyebarkannya hingga agama Islam dapat
diterima hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pada awalnya, tokoh-tokoh yang
menyebarkan agama Islam di Indonesia adalah para pedagang yang berasal dari
jazirah Arab. Dalam perkembangan selanjutnya, penyebaran Islam di Indonesia dilakukan
oleh tokoh-tokoh dari negeri sendiri. Penyebar agama Islam di Indonesia itu
pada umumnya datang dari golongan bangsawan. Dari proses panjang penyebaran Islam
di Indonesia oleh para tokoh-tokoh tersebut ada beberapa hal yang bisa kita
teladani dari sikap dan perilaku tokoh-tokoh tersebut :
2. Kemauan
untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya
3. Kemauan
untuk menyebarkan Islam
4. Semangat
tidak pantang menyerah
5. Semangat
rela berkorban untuk kemaslahatan orang banyak.[8]
Standar Kompetensi :
3. Memahami perkembangan Islam di Dunia.
Kompetensi Dasar :
3.1 Menjelaskan perkembangan Islam di Dunia
Agama
Islam terus berkembang dan menyebar di seluruh dunia. Perkembangannya mencakup
seluruh benua yang ada di dunia. Contohnya perkembangan Islam di Eropa yang
mengalami kemajuan pesat. Organisasi-organisasi Islam didirikan sebagai tempat
berkumpulnya komunitas muslim. Selain itu banyak masjid dibangun sebagai tempat
ibadah bagi kaum muslim. Salah satu masjid yang ada di Eropa adalah Central Mosque di Londen, Inggris.
Perkembangan
Islam di dunia yang meliputi penyebaran Agama Islam, penyebaran Ilmu
pengetahuan Islam, penyebaran ajaran Islam dan penyebaran seni serta kebudayaan
Islam tidak akan terlaksana tanpa peran serta para pemimpin Islam. Dalam
sejarahnya, agama Islam mulai disebarkan setelah Nabi Muhammad SAW menerima
perintah dari Allah SWT untuk menyebarkan agama tauhid ini.
Dalam
proses perkembangannya penyebaran Islam tidak selalu melalui jalan yang mulus.
Ada kalanya para penyebar Islam harus berhadapan dengan para penguasa daerah
setempat yang tidak menginginkan timbulnya kebudayaan dan agama baru di daerah
kekuasaan mereka. Halangan-halangan dan berbagai rintangan yang dihadapi para
penyebar Islam tersebut pada ahirnya dapat memacu timbulnya konflik yang tidak
jarang berahir dengan timbulnya peperangan. Namun, dengan izin Allah SWT banyak
peperangan atas dasar Agama Islam dan penyebaran agama Islam yang akhirnya
dimenangkan oleh bala tentara Islam.
Dari
berbagai peperangan yang dimenangkan pasukan Islam inilah maka secara otomatis
daerah-daerah tersebut dikuasai oleh pasukan Islam. Di daerah-daerah yang
dikuasai inilah, diangkat para pemimpin Islam. Setelah di angkat, para pemimpin
tersebut menyebarkan ajaran Islam di daerah-daerah yang dikuasainya. Itulah
awal mula penyebaran Islam diberbagai belahan dunia.
Selanjutnya
Islam berkembang melalui para pendakwah dan ulama-ulama Islam. Di samping itu,
Islam juga berkembang melalui faktor perekonomian. Faktor perekonomiaan ini
terutama dilakukan oleh para pedagang Islam yang berdagang hingga keluar dari
wilayah tempat tinggalnya. Selain itu, ada pula umat Islam yang pindah ke
negara lain untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Di Negara tujuan, para
perantau yang beragama Islam tersebut mengembangkan ajaran Islam dan
kenbudayaan Islam pun menyebar di negara baru tersebut.
3.2 Mengidentifikasi Peristiwa-Peristiwa Penting dan
Tokoh-Tokoh yang Berprestasi Dalam Perkembangan Islam di Dunia.
1.
Perkembangan Islam di Pakistan.
Islam masuk ke Pakistan
pada masa pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik, dari Dinasti Umayyah,
yang berkuasa di tahun 705-715. Pada masa itu Pakistan di perintah oleh
keluarga Brahmana. Di bawah pemerintahan keluarga Brahmana rakyat Pakistan merasa
menderita sehingga meminta bantuan kepada pemerintahan Islam di Damaskus. Oleh
karena itu, Khalifah Walid bin Abdul Malik mengirim pasukan Islam di bawah
pimpinan Muhammad bin Qasim yang akhirnya dapat menaklukan pemerintahan di Pakistan.
Muhammad bin Qasim lalu di angkat menjadi gubernur Pakistan.
Setelah Dinasti
Umayyah mengalami kemunduran, Dinasti Abbasiyah pengganti Dinasti Umayyah,
jabatan gubernur yang diduduki Muhammad Qasim diganti oleh Al-Mansur. Al-Mansur
kemudian mengirimkan pasukan ekspedisi untuk mendirikan kota Mansurah sebagai
markas militer. Dalam perkembangan selanjutnya, setelah Dinasti Abbasiyah
mengalami kemunduran, berbagai dinasti Islam silih berganti memerintah Pakistan.
2.
perkembangan Islam di India.
Setelah pakistan menjadi negara yang
merdeka Islam di India menjadi minoritas. Islam di negara India berkembang
sejak tahun 1206 melalui keturunan Sultan Akbar. Masuknya Islam ke India
dibuktikan dengan adanya kerajaan Islam yang mulai berdiri sejak Dinasti Bani
Umayyah berkuasa tahun 41 H (659 M). Berikut ini kerajaan-kerajaan Islam di
India yaitu Kerajaan Ghazi, Kerajaan
Mameluk, Kerajaan Kilji.
3.
Perkembangan Islam di Thailand
Islam
masuk ke Thailand sekitar abad ke 10. Islam masuk ke Thailand melalui para
pedagang dari jazirah Arab. Para pedagang tersebut menyebarkan Islam di
kalangan rakyat, terutama penduduk Pattani (Thailand Selatan). Rakyat Pattani memeluk
Islam secara sembunyi-sembunyi. Untuk tempat ibadah mereka tidak membangun
masjid, tetapi hanya membangun semacam biara karena takut kepada raja yang
bukan beragama Islam. Kurang lebih selama 300 tahun rakyat Pattani memeluk
agama Islam secara sembunyi-sembunyi.
Pada tahun 1457,
raja Pattani Phya Ta Nakpa dan seluruh pembesar Istana memeluk agama Islam
berkat perjuangan ulama dari Samudra Pasai, yaitu Syaik Said. Setelah masuk
Islam Raja Pattani mengganti namanya menjadi Sultan Ismail Syah dan Tak Pasai
(sebutan Syaik Said) menjadi penasihat dan pengajar Islam dalam Istana. Sejak
itu agama Islam di jadikan agama resmi kerajaan Pattani dan di bangunlah Masjid
Pintu Gerbang. Raja juga membuka pondok pesantren sebagai pendidikan agama
Islam, sehingga Pattani melahirkan para alim ulama. Di samping mengajar para
alim ulama juga menulis kitab-kitab berbahsa Arab dan Arab Melayu (Jawi).
Selain menjadi
pusat pendidikan dan dakwah, Pattani juga merupakan pusat perdagangan terbesar
di Asia pada zamannya. Kerajaan Pattani berdiri selama tiga abad. Hingga kini
Masjid Pintu Gerbang yang berdiri megah menjadi simbol keberadaan umat Islam di
Pattani.
4.
Perkembangan Islam di Amerika.
Pada seperempat
akhir abad ke-19 banyak orang Islam dari Timur Tengah dan daerah lainnya,
seperti Suriah, Rusia, Turki, Balkan, dan Prancis datang ke Amerika. Tujuan
mereka sama denga n imigran lain, yaitu lari dari keadaan yang tidak mereka
inginkan di negerinya dan dalam rangka untuk memeperoleh kehidupan yang lebih
baik di dunia yang baru. Mereka banyak berhasil memelihara identitasnya sebagai
muslim dan membentuk masyarakat yang tersebar di beberapa kota di Amerika
Serikat dan Kanada.
Tahap berikutnya
agama Islam masuk ke Amerika di bawah oleh para pedagang sutra yang dating dari
berbagai negeri yang tidak jelas asalnya. Di antaranya ada yang bernama Wallace
Fard Muhammad. Beliau menyebarkan Islam mulai dari tahun 1930 dikalangan
masyarakat negro Amerika yang pada waktu itu masih kuat kepercayaannya. Wallace
Fard Muhammad atau Fard Muhammad berusaha membebaskan masyarakat negro dengan
berlandaskan Al-Qur’an.
Penerus Muhammad
Fard untuk menyebarkan Islam di Amerika adalah Elijah Pook. Elijah pook
kemudian mengganti namanya dengan Elijah Muhammad. Elijah Muhammad merupakan
orang yang cerdas, kuat pendiriannya, dan juga mengenal psikologi massa.
Elijah Muhammad
bersama para pengikut-pengikutnya merasa yakin bahwa dengan agama Islam manusia
dapat menemukan kebahagiaan sesungguhnya. Manusia dapat menemukan identitas
ketuhanannya. Dakwah yang dilakukan Elijah Muhammad membuat simpati banyak
orang, seperti Malcolm-X. Malcolm-X merupakan seorang orator negro amerika yang
ulung. Setelah masuk Islam Malcolm-X mengubah namanya menjadi Ali Haji Malik
al-Shabaa.
Pada tanggal 25
Februari 1975, Elijah Muhammad meninggal dunia. Ia telah meninggalkan jasa yang
besar dikalangan orang-orang muslim negro. Benyak sekolah dan masjid yang telah
dibangun. Di bidang organisasi ia telah meninggalkan suatu jamaah yang besar
dan teratur. Di bidang ekonomi ia meninggalkan warisan senilai 80 juta dolar
yang ditanam di berbagai perusahaan. Pengganti Elijah Muhammad adalah Waris
Deen Muhammad.
5.
Perkembangan Islam di Spanyol.
Di Negara
Spanyol umat Islam pernah mengalami masa jayanya. Yaitu ketika berada dibawah
kekuasaan Bani Umayyah. Banyak peninggalan dari peradaban Islam yang kini masih
menjadi saksi sejarah. Karena begitu lama hidup dan membentuk kultur Islam,
maka sampai sekarang masih membekas pada masyarakat Spanyol meskipun usaha
penguburan terhadap seluruh nilai-nilai yang mengandung keislaman terus
berlangsung setelah Spanyol jatuh pada naungan kristiani. Usaha pengembangan
terhadap Islam berlangsung sampai abad ke-20.
Pada tahun 1978,
Undang-Undang Spanyol mengangkat semua agama pada tingkat yang sederajat dan
mendapat perlakuan yang sama serta kebebasan beragama dijamin oleh hukum.
Dengan adanya undang-undang tersebut kegiatan mulai hidup kembali.
6.
Perkembangan Islam di Belanda.
Agama Islam di
negara Belanda berkembang berkat perjuangan Abdul Wahid Van Bommel. Di sana
berdiri organisasi Islam seperti Federatie
Organisaties Muslim Nederland yang diketuai oleh Abdul Wahid. Organisai
tersebut kemudian diubah menjadi Islamitische
Informatie Cendrum. Melalui organisasi tersebut beliau berjuang menuntut
hak guna dapat menunaikan shalat wajib lima waktu dan termasuk shalat jum’at.
Berdasarkan data
statistik Central Burea de Statistick
1994 jumlah umat Islam Belanda mencapai 3,7% dari total penduduk
15.341.553 jiwa. Umat Islam di Belanda
umumnya imigran yang bersal dari Turki, Maroko, Suriname, Pakistan, Mesir,
Tunisia, dan Indonesia, selain warga negara asli Belanda.
Pada tahun 1990,
di seluruh belanda jumlah masjid mencapai 300 buah, di antaranya Masjid Mubarak
yang didirikan di kalangan Ahmadiyah dan Masjid Maluku, An-Nur di Balk. Masjid
lain yang terkenal adalah Masjid Al-Hikma di Heesurjkpein, Deen Haag. Masjid
tersebut tanpa kubah dan berbentuk rumah panjang. Pada awalnya Masjid al-Hikma
adalah Gereja Immanuel yang ditinggalkan jamaatnya dan kemudian dibeli seorang
pengusaha Indonesia (Probusutedjo) untuk dijadikan masjid. Masjid itu kemudian
diserah terimakan Probosutedjo untuk umat Islam pada 1 Juli 1996.
7.
Perkembangan Islam di Inggris.
Penyebaran
Islam di Inggris terjadi berkat jasa Mozambores. Mozambores merupakan dokter Istana
Raja Henry I. setelah masuk Islam Mozambores mengganti namanya menjadi petrus
al-ponsi. Pengembangan Islam oleh Mozambores biasanya dilakukan pada hari-hari
libur, seperti hari sabtu dan ahad.
Di Inggris
banyak berdiri berbagai organisasi keislaman seperti berikut ini:
a.
The
Islamic Council of Europe (Majelis Islam Eropa), sebagai pengawas kebudayaan
eropa.
b.
The
Union of Moslem Organization (Persatuan Organisasi Islam Inggris ).
c.
The
Association for British Moslem (Perhimpunan Muslim Inggris).
d.
Islamic
Foundation dan Moslem’s Institute, keduanya bergarak dalam bidang penelitian.
Anggota-anggotanya terdiri atas orang-orang Inggris dan imigran.
Salah
satu buktu berkembangnya Islam di Inggris adalah adanya masjid di pusat kota
London. Yaitu Masjid Agung (Central Mosque) Regents Park yang mampu menampung
jamaah hingga 4.000 orang. Perancang Masjid tersebut adalah Fredrik Gobberd and
Patners. Masjid itu juga dilengkapi dengan perpustakaan sebagai pusat kegiatang
sisoal dan administrasi.
8.
Perkembangan Islam di Australia.
Pada abad ke-20
perkembangan masjid di Australia cukup menggembirakan karena banyak masjid yang
dibuat oleh arsitek yang berasal dari penduduk pribumi Australia di antaranya
sebagai berikut :
a.
Pada
tahun 1907 di Brisbane didirikan masjid yang indah dan besar oleh arsitek
Sharif Abosi dan Ismeth Abidin.
b.
Pada
tahun 1967 di Queensland didirikan masjid lengkap dengan Islamic Center di
bawah pimpinan Fethi Seit Mecea.
c.
Pada
tahun 1970 di Mareebe diresmikan sebuah masjid yang mampu memuat 300 jamaah dengan
imamnya H. Abdul lathif.
d.
Di
kota Sarrey Hill di bangun Masjid Raya Faisal dengan bantuan pemerintahan Arab
Saudi.
Pendidikan
Islam di Australia diselenggarakan dengan tujuan agar dapat melestarikan
pertumbuhan kehidupan agama Islam. Oleh karena itu, di Brisbane didirikan
Queesland Islamic Society yang bertujuan menyadarkan anak-anak muslim untuk
melakukan shalat dan hubungan baik sesama manusia. Mereka selama 5-15 tahun
menerima pelajaran Al-Qur’an dan tata kehidupan secara islam. Pelajaran terdiri
atas anak-anak dari Indonesia, India, Pakistan, Turki, Afrika, Libanon, dan
Australia.
9.
Perkembangan Islam di Sudan.
Islam masuk ke
Sudan pada masa perluasan yang dilakukan oleh Abdullah bin Said bin Abi Sarah.
Ia mencoba memasuki kota Noubah dua kali pada pemerintahan Ustman bin Affan,
yaitu pada tahun 20 H (640 M) dan tahun 31 H (651 M). Kerajaan Islam di Sudan
yang terkenal antara lain Kerajaan al-Funji tahun 1505-1820, kesultanan
Darafura tahun 1638-1875, dan Kerajaan Tog tahun 1570 sampai ahir abad ke-19.
Penyebaran Islam
di Sudan dilakukan dengan cara mengajarkan ilmu tasawuf dan ajaran filsafat.
Ahli tarekat dan tasawuf yang mashur dan berpengaruh di kalangan muslim di Sudan
pada saat itu antara lain sebagai berikut :
a.
Abdul
Qadir jaelani tahun 1179-1186.
b.
Abu
Hasan asy-Syazili tahun 1196-1258.
Perkembangan selanjutnya, pemerintah sudan
mendirikan sekolah-sekolah umum dan sekolah kejuruan serta pondok-pondok
pesantren. Sekolah Islam yang termasyhur di sudan adalah Ma’hadul I’lmy yang
berdiri sejak tahun 1901 dan masa belajar di sana adalah 12 tahun.
3.3 Mengambil Ibrah Dari Peristiwa Perkembangan
Islam di Dunia.
1.
Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Dunia.
Perkembangan
Islam di berbagai dunia ini tidak terlepas dari peran dan cita-cita tokoh-tokoh
Islam yang berusaha mengembalikan kemajuan umat Islam. Para pemimpin Islam
merasakan dan menyadari akan kelemahan umat Islam setelah kekuatan umat Islam
dari berbagai lapanngan kehidupan lemah dan sangat dikuasai oleh kekuatan
bangsa barat. Dari situasi yang paling pahit itulah muncul ide-ide modernisasi
yang secara luas mereka sampaikan kepada seluruh umat Islam, yaitu sebagai
berikut :
a.
Membangkitkan
semangat Islam di masa lampau dalam memurnikan ajaran Islam dari pengaruh
takhayul, khurafat, dan bid’ah.
b.
Memperjuangkan
pendidikan universal, kemerdekaan pers, dan memperkuat paham nasionalisme yang
diwujudkan dalam bentuk partai al-hizb al-watani dan menanamkan paham
patriotisme bagi umat Islam.
c.
Memperkuat
ukhuwah islamiah dan menekankan pembaruan Islam pada bidang politik,
pemerintahan, dan agama dengan ide pokok Pan-Islamisme bagi umat Islam.
d.
Memurnikan
ajaran agama Islam sesuai dengan bentuk aslinya, memperbarui metode pengajaran
dan menanamkan solidaritas seluruh umat Islam.
2.
Hikmah Perkembangan Islam Di Dunia.
Beberapa
hal yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam di dunia ini antara lain
sebagai berikut :
a.
Dengan
saling bertoleransi terhadap paham atau berbagai aliran di kalangan umat Islam
maka akan mendatangkan kemajuan dan kehidupan yang damai.
b.
Islam
merupakan agama yang cinta damai.
c.
Bila
pemimpin atau khalifah Islam mencintai ilmu pengetahuan maka rakyatnya pun akan
mencintai ilmu pengetahuan.
d.
Memberikan
motivasi untuk melestarikan hasil karya seni dan peradaban untuk dijadikan inspirasi
bangunan-bangunan di masa depan.
e.
Penggunaan
zuhud dan pengertian tawakal yang tidak tepat akan membawa kemunduran dalam
kehidupan.
f.
Perselisihan
dan ketidak percayaan terhadap sesama menyebabkan kemunduran, bahkan
kehancuran.
g.
Umat
Islam harus bersatu dan tolong menolong dalam memajukan dan memakmurkan negeri.
h.
Sikap
fanatik dan tidak memanfaatkan akal sedikit pun akan membawa dampak terhadap
perkembangan ijtihad.
3.4 Meneladani Tokoh-tokoh yang Berprestasi Dalam
Perkembangan Islam di Dunia.
Nilai-nilai
pembaruan (modernisasi Islam) mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan umat
Islam. Dari pembaruan tersebut tumbuhlah kesadaran bagi umat islam untuk
mengikuti gerakan pembaruan tersebut sehingga menimbulkan kebangkitan dunia
islam, baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan politik yang sekaligus tumbuh
gerakan menentang penjajahan.
Gerakan
modernisasi islam yang dilakukan oleh para pembaru itu pada dasarnya mengandung
beberapa nilai yang penting bagi lahirnya suatu dunia baru islam dalam
menghadapi tantangan yang serba kompleks pada masa modern ini. Dari para tokoh
pembaru islam tersebut ada beberapa keteladanan yang bias kita ambil.
1.
Nilai
persatuan (ittihad).
2.
Nilai
solidaritas (ukhuwah islamiah).
3.
Nilai
pembaruan (tajdid).
4.
Nilai
perjuangan (jihad fii sabilillah).
5.
Nilai
kemerdekaan (burriyyah).
Itulah
nilai-nilai yang terkandung dalam modernisasi Islam, yang disuarakan dan
diperjuangkan oleh tokoh-tokoh pembaru Islam.[9]
BAB
III
PEMBAHASAN
Dari landasan teori mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Madrasah Aliyah kelas XII semester I dan II yang telah kami bahas di atas, kami
dapat menganalisis dan menghasilkan analisis bahwa materi Sejarah Kebudayaan
Islam Madrasah Aliyah kelas XII semester I dan II sudah sesuai dengan SK dan
KD. Akan tetapi peran guru dalam menjelaskan materi sangat di butuhkan terlebih
pada KD mengambil Ibrah dan meneladani tokoh-tokoh Islam.
Keterkaitan materi antara semester I dan II sudah saling
terkait mulai dari menceritakan, mendiskripsikan, mengidentifikasi, meneladani
tokoh-tokoh, sampai dengan mengambil ibrah pada masa perkembangan Islam pada
zaman modern, di Indonesia dan di Dunia. Jadi hal tersebut sudah sesuai dengan
tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas XII semester I dan II.
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kelas XII semester I
1.
Beberapa
tokoh yang mempelopori gerakan pembaharua Islam, antara lain Muhammad bin Abdul
Wahhab, Syah Waliyullah, Sultan Mahmud II, Muhammad Ali Pasha, At-tahtawi,
jamaluddin Al-afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha, Sayyid Ahmad
Khan, dan Muhammad Iqbal.
2.
Nilai positif yang dapat diambil dari gerakan pembaharuan Islam, yaitu
nilai persatuan, solidaritas, pembaruan, jihad dan kemerdekaan.
3.
Adanya pembaruan Islam di Timur Tengah memberikan pengaruh pergerakan
Islam di Indonesia dengan berkembangnya organisasi keagamaan dan partai
politik.
4.
Ibrah yang dapat diambil dari perkembangan Islam periode modern meliputi
bidang akidah, politik, pendidikan dan ekonomi.
Kelas XII semester II
1.
Perkembangan
Islam di Indonesia tidak lepas dari peranan para pedagang dari Arab dan Gujarat
yang menyebarkan Islam di Indonesia melalui jalan perdagangan, dakwah, dan
perkawinan.
2.
Tugas dakwah merupakan suatu kewajiban yang di emban oleh setiap muslim
agar ajaran Islam tetap lestari dan dapat di amalkan dengan benar.
3.
Umat
Islam di Indonesia pada masa penjajahan mempunyai andil yang sangat besar degan
berjuang melawan penjajah yang telah menindas dan membelenggu bangsa Indonesia.
4.
Pada masa pembangunan, peranan umat Islam turut andil mengisi
kemerdekaan dengan menerapkan nilai-nilai ajaran Islam yang mendukung pada
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
5.
Para ulama penyebar agama Islam di Indonesia di kenal oleh masyarakat
sebagai syeikh atau wali.
6.
Salah
satu manfaat dari sejarah perkembangan pemikiran Islam di dunia adalah
memurnikan ajaran agama Islam sesuai bentuk aslinya, yaitu sebagaimana yang di
ajarkan Al-qur’an dan hadits.
7.
Pada dasarnya Islam berkembang dengan cara damai. Peperangan yang
terjadi dalam proses penyebaran Islam disebabkan adanya perlawanan dari
pemimpin daerah yang hendak di islamkan.
8.
Nilai yang terkandung dalam gerakan modernisasi pada agama Islam adalah
sebagai berikut :
a.
Nilai persatan (ittihad)
b.
Nilai solidaritas (ukhuwah islamiyah)
c.
Nilai pembaruan (tajdid)
d.
Nilai perjuangan (jihad fii sabilillah)
e.
Nilai kemerdekaan (hurriyyah)
B.
SARAN
Demikian makalah tentang materi Sejarah Kebudayaan Islam Madraah
Aliyah Kelas XII semester I dan II ini kami buat, kami menyadari sepenuhnya
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam referensi
maupun penulisannya. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan pembuatan makalah berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Syuhada, Harjan dkk. 2011. Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sofwan, Ridin
dkk. 2004. Islamisasi di Jawa.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Yatim, Badri. 2006. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II).
Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XII
Semester I dan II
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah telaah PAI 2
Dosen Pengampu: Drs. KH. Akhirin Ali, M.Ag.
Disusun oleh kelompok 12 :
1. Septia Nindi
Fadlilah
2. Shofwatul Millah
3. Titik Ambarwati
FAKULTAS TARBIYAH 5 D
INSTITUT ISLAM NAHDLATUL ULAMA (INISNU)
JEPARA 2012
[1] Harjan Syuhada, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam
Madrasah Aliyah Kelas XII, Jakarta (PT Bumi Aksara : 2011), hlm 93-104
[2] Dr. Badri Yatim,M.A, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah
II), Jakarta (PT Raja Grafindo Persada:2006), hlm 191
[3] Ibid., hlm. 193.
[4] Ibid., hlm. 205.
[5] Drs. Ridin Sofwan dkk, Islamisasi di Jawa, Yogyakarta (Pustaka Pelajar
: 2004), hlm. 23-24
[6] Ibid., hlm. 35.
[7] Ibid., hlm. 73.
No comments