-->

Ayat-Ayat Tentang Demokrasi



Ayat-Ayat Tentang Demokrasi QS Ali Imraan: 159 Dan QS Asy-Syuura: 38
Diajukan Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Telaah Materi PAI 2
Dosen Pengampu: Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag

Description: Untitled-1






 




 


FAKULTAS TARBIYAH 5D

INSTITUT ISLAM NAHDLATUL ULAMA’

(INISNU) JEPARA 2012

Jalan Taman Siswa No. 9Tahunan Jepara
Phone/Fax 0291-593132 e-mail: inisnujpa@yahoo.co.id. Blog: inisnu.blogspot.com
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah
            Demokrasi merupakan suatu paham yang didalamnya mengandung asas-asas musyawarah yang pernah dilakukan Rasulullah SAW semasa hidup beliau dan diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’anul-Karim. Indonesia juga merupakan negara demokrasi, akan tetapi demokrasi di Indonesia adalah demokrasi pancasila yang didasarkan pada sila-sila yang terdapat dalam pancasila tersebut.
            Seperti halnya ajaran islam demokrasi juga menjunjung nilai persatuan dan kesatuan, maka dari itu kita sebagai generasi bangsa indonesia haruslah tahu tentang demokrasi. Dalam Al-Qur’an ada beberapa ayat yang menerangkan tentang demokrasi, salah satunya yaitu QS Ali Imraan: 159 Dan QS Asy-Syuura: 38.

B. Rumusan Masalah
            Dari pembahasan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa arti dari QS Ali Imraan: 159 dan QS asy-Syuura: 38?
2.      Apa  kandungan dari QS Ali Imraan: 159 dan QS asy-Syuura : 38?
3.      Bagaimana menerapkan  perilaku hidup demokrasi seperti terkandung dalam QS Ali Imraan:159 dan QS Asy-Syuura: 38 dalam kehidupan sehari-hari?





BAB II
Pembahasan

A. Mengartikan QS Ali Imraan: 159 Dan QS Asy-Syuura: 38
1. QS Ali Imraan: 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS Ali Imran : 159)[1]
Arti perkata
Lafadz
Arti
Lafadz
Arti
فَبِمَا
Maka disebabkan
عَنْهُمْ
Pada mereka
 رَحْمَةٍ
Rahmat (kasih sayang)
وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ
Dan mohonkan ampun bagi mereka
مِنَ اللَّهِ
Dari Allah
وَشَاوِرْهُمْ
Dan musyawarahlah dengan mereka
لِنْتَ لَهُمْ
Kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka
فِي الأمْرِ
Dalam suatu urusan
وَلَوْ كُنْتَ
Sekiranya kamu bersikap
فَإِذَا عَزَمْتَ
Maka apabila kamu telah bersepakat
فَظًّا
Berperilaku kasar
فَتَوَكَّلْ
Maka berserahdirilah
غَلِيظَ الْقَلْبِ
Berhati kasar
عَلَى اللَّهِ
Kepada Allah
لانْفَضُّوا
Tentulah mereka menjauhkan diri
إِنَّ اللَّهَ
Sesungguhnya Allah
مِنْ حَوْلِكَ
Dari sekelilingmu
يُحِبُّ
Menyukai
 فَاعْفُ
Maka maafkanlah
 الْمُتَوَكِّلِينَ
Orang-orang yang bertawakal

2. QS Asy-Syuura: 38
وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (٣٨)
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS Asy Syura : 38)[2]
Arti perkata
Lafadz
Arti
Lafadz
Arti
وَالَّذِينَ
Dan orang-orang yang
شُورَى
Musyawarah
اسْتَجَابُوا
Mematuhi seruan
بَيْنَهُمْ
Di antara mereka
 لِرَبِّهِمْ
Tuhan mereka
وَمِمَّا
Dan dari apa
وَأَقَامُوا الصَّلاةَ
Dan mereka mendirikan Shalat
رَزَقْنَاهُمْ
Yang kami berikan kepada mereka
وَأَمْرُهُمْ
Dan urusan mereka
 يُنْفِقُونَ
Mereka menafkahkan


B. Menjelaskan Kandungan Qs Ali Imraan: 159 Dan Qs Asy-Syuura : 38
            Dari Qs Ali Imraan: 159 Dan Qs Asy-Syuura : 38 ada beberapa isi kandungan atau ajaran yang termuat dan tercantum di dalamnya  yang dapat kita ambil, antara lain:
1. QS Ali Imraan: 159
a.       Dalam menghadapi semua masalah harus dengan lemah lembut melalui jalur musyawarah untuk mufakat, tidak boleh dengan hati yang kasar dan perilaku kekerasan.
b.      Mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap urusan.
c.       Apabila telah dicapai suatu kesepakatan, maka semua pihak harus menerima dan bertawakal (menyerahkan diri dan segala urusan) kepada Allah.
d.      Allah mencintai hamba-hambanya yang bertawakkal.[3]

2. QS Asy-Syuura: 38
a.       Perintah kepada setiap muslim untuk bertakwa kepada Allah.
b.      Perintah Allah kepada setiap muslim untuk mendirikan Shalat.
c.       Menggunakan jalur musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap perkara.
d.      Menafkahkan sebagian rizki kita kepada orang-orang yang tidak mampu. [4]

C. Menerapkan  Perilaku Hidup Demokrasi Seperti Terkandung Dalam QS Ali Imraan: 159 Dan QS Asy-Syuura: 38 Dalam Kehidupan Sehari-Hari
            Adapun hal-hal yang dapat kita amalkan dalm kehidupan sehari-hari setelah mempelajari QS Ali Imraan: 159 Dan QS Asy-Syuura: 38 adalah sebagai berikut:
1. QS Ali Imraan: 159
a.       Tidak boleh berkeras hati dan bertindak kasar dalam menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi dengan hati yang lemah lembut.
b.      Setiap muslim harus berlapang dada, berperilaku lemah lembut, pemaaf dan memohonkan ampun kepada Allah.
c.       Dalam kehidupan sehari-hari kita harus mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap persoalan.
d.      Apabila telah tercapai mufakat, maka setiap individu harus menerima dan melaksanakan keputusan musyawarah.
e.       Selalu berserah diri kepada Allah sehingga tercapai keseimbangan antara ikhtiyar dan berdo’a.
2. QS Asy-Syuura: 38
a.       Setiap hari kita harus selalu berusaha semaksimal mungkin untuk senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
b.      Sebagai seorang muslim kita harus menjalankan Shalat wajib sesuai ketentuan syari’at Islam dengan tertib.
c.       Kita senantiasa mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi.
d.      Kita juga harus menyisihkan sebagian harta kita bagi orang-orang yang tidak mampu.











BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
            Allah SWT dalam QS Ali Imraan: 159 menjelaskan bahwa setiap manusia hidup di dunia tidak terlepas dari problem dan persoalan yang dihadapi. Untuk itu mereka harus dapat memecahkan masalah tersebut. Adapun cara menyelesaikan persoalan hidup dalam QS Ali Imraan: 159 dijelaskan, harus dengan mencontoh dan mengambil teladan dari nabi Muhammad SAW yaitu dengan cara lemah lembut berdasarkan rahmat Allah SWT, setiap persoalan diselesaikan dengan jalan musyawarah.
            Dalam QS Asy-Syuura: 38 Allah SWT menyerukan agar umat Islam mengesakan dan menyembah Allah SWT. Menjalankan shalat fardu lima waktu tepat pada waktunya. Apabila mereka menghadapi masalah maka harus diselesaikan dengan cara musyawarah. Rasulullah SAW sendiri mengajak para sahabatnya agar mereka bermusyawarah dalam segala urusan, selain masalah-masalah hukum yang telah ditentukan oleh Allah SWT.

B. Saran
            Hendaknya dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menjunjung nilai-nilai demokrasi yang didalamnya mengandung asas-asas musyawarah. Seperti halnya ajaran islam demokrasi juga menjunjung nilai persatuan dan kesatuan. Maka jika semua hal itu dapat kita terapkan dalam kehidupan, Insyaallah akan tercipta kehidupan yang damai.
            Pembahasan makalah ini mungkin masih kurang sempurna. Oleh karena itu penulis masih membutuhkan saran dan perbaikan dari para pembaca.




Daftar Pustaka

Ar-Rifa’i, Syekh Usamah. 2008. Tafsirul Wajiz. Jakarta: Gema Insani
Quthb, Sayyid. 2001. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Di Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid 2. jakarta: Gema Insani Press
Yunus, Mahmud. 2004. Tafsir Qur’an karim. Jakarta: PT. HidaKarya Agung


                [1] Syekh Usamah Ar-Rifa’i, Tafsirul Wajiz, (Jakarta: Gema Insani, 2008), cet. 1, hlm. 72
                [2] Ibid., hlm. 488
                [3] Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Di Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid 2, (jakarta: Gema Insani Press, 2001) hlm. 229-230
                [4] Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an karim, (Jakarta: PT. HidaKarya Agung, 2004), cet. 73, hlm. 719

No comments